Kemarin, katanya ada gerhana matahari cincin. Yang kaya di pilem Heroes itu lho…
Tapi aku kok gak lihat. Dari jam 3 sampai jam 4 sore aku bolak-balik lihat ke luar jendela. “Mataharinya masih utuh, tanpa cacat, sempurna” kataku. “Mana Gerhananya?” Temanku Pulung aja sempat lihat gerhananya. Rumah Pulung di Bandung, kosanku juga dibandung. Emangnya selisih letak lintang dan bujur antara kosanku dan rumah Pulung cukup memungkinkan sehingga aku tidak bisa melihat gerhana.
“Ah, apa sih hebatnya gerhana matahari, paling cuma ada matahari yang warnanya item doang” gumamku menghibur sendiri.
“Tapi, gerhana selanjutnya harus sempat aku saksikan. Masa sih penggila astronomi blum pernah lihat gerhana matahari” kataku membulatkan tekad.
Ada cerita kalo gerhana terjadi karena ada raksasa Batara Kala yang memakan matahari. Kalo, dipikir-pikir, itu raksasa segede apa ya? Trus yang bisa ngalahin raksasa itu siapa ya? Ultraman aja pasti kalah gede… Apa kita butuh pahlawan baru kaya Super Duper Hyper Ultraman. Tapi, tenag aja menurut orang jaman dahulu, raksasa itu bisa diusir dengan memukul lesung.
Yah, ternyata raksasanya gak keren, kalahnya cuman gara-gara suara lesung doang.
Filed under: Catatan harian, Uncategorized | Tagged: Astronomi, gerhana, matahari, penyesalan | 2 Comments »